Sunday, June 29, 2014

My workstation

Beberapa teman yang sedang mengerjakan thesis bilang working space ini sebagai kantor. Bagaimana tidak, kita diharapkan bekerja 9am-5pm persis seperti ngantor, walau dalam kenyaataannya bisa beragam lamanya. Yang pasti fasilitasnya bisa dipakai dai 7am-10pm. Untuk yang udah mendekati due date nya tentunya mereka sering bekerja sampai malam. Tapi selama ini saya perhatikan para Dutch itu sangat efektif dan paling ngga mau kalau harus bekerja lembur. Jadi mereka salalu berusaha membereskan di dalam waku kerja. Bahkan saat kuliah, jarang yang mau lembur malam mengerjakan tugas. Semua berusaha diselesaikan di dalam jam kuliah. Dan biasanya jika ada assignment, pasti juga disediakan waktu dan ruangan untuk mengerjakannya.

Meja saya yang pertama (sementara), dengan view gedung utama.
Kembali pada cerita "kantor" saya. Selain memuliki meja dengan fasilitas lengkapnya, saya juga mendapat akses print gratis serta minuman kopi, teh di dapur dan bahkan ada ruangan khusus untuk istirahat. Saya langsung membandingkan dengan Indonesia, bagaimana mahasiswanya berjuang menyelesaikan skripsi/thesis mereka sendiri. Bahkan dengan mengeluakan biaya sendiri. Sejauh ini bedanya, ya ngga heran kalau jarang ada publikasi ilmiah dari Indonesia. Fasilitasnya jauuuh berbeda.

Meja yang kedua, karna yang pertama tak ada komputernya

View tepat dibelakang saya. Gedung ini penuh mahasiswa yang sedang berjuang :)


Monday, June 23, 2014

Lego exhibition and Zaanse Schans

Produktif sekali saya hari ini di blog. Saat seharusnya saya harus produktif di thesis. At least masih mendingan daripada tidak produktif sama sekali.

Beberapa karya dari Lego
Kembali pada tema kali ini. Minggu lalu saya mengunjungi sebuah lego exhibition di Amsterdam atas ajakan seorang teman. Teman ini seorang PhD student, yang control freak rajin sekali mengorganisir acara bersama teman-teman. Dia teman saya sewaktu tinggal di housing yang lama dan biasanya mengajak teman-teman yang juga dulu tinggal di koridor yang sama dengan kita dan teman-teman kantornya. Pada kesempatan kali itu tak ada teman sekoridor lainnya yang bergabung selain saya. Jadinya saya dikelilingi oleh teman-teman kantor dia yang artinya para PhD semua. Dan karena si Jerman teman saya itu tau berapa usia saya, dengan bahagia nya dia mengumumkan bahwa salah seorang teman nya yang seorang cowo muda ganteng tinggi  itu baru berumur 22 tahun. Yeaaah.. Greaaat..! Yang pergi cuma 5 orang akhirnya termasuk saya. 4 orang manusia muda yang sedang PhD dan saya. Tua. Master.

Salah satu favorite saya. Impressive!

Banyak anak kecil tapi yang seorang ini lucu bangeeed

2 orang PhD students muda
Anyway.. It was fun.. For them..
Well yeah.. Lego keren deh.. Dari small bricks itu dia bisa bikin yang keren gitu. Tapi yaaah.. karena saya lebih mencintai alam yang nampak sangat mempesona, setelah exhibition saya melanjutkan perjalanan sendiri ke daerah yang terkenal dengan kincir angin nya disini. Oya disepanjang pameran itu kita ditemani oleh rekaman suara si artis yang menerangkan tentang masing-masing karya nya. Si artisnya (lupa namanya) dulu merupakan seorang lawyer di NewYork yang setiap maam berkutat dengan lego nya dan akhirnya memilih melepaskan karirnya sebagai lawyer menjadi artis lego. Dia sering banged mengulang-ulang kisah dia sebagai lawyer yang memutuskan meinggalkan kerjaan demi "mainan". Bayangkan dwonk bagaimana kerennya mengajukan pengunduran diri sebagai pengacara untuk bermain-main dengan lego. Dan sepertinya si artis bangga sekali dan mengajak untuk mengejar mimpi, walau dia juga ngasih warning untuk realistis. Sekurangnya kalo berniat melepas kerjaan demi mengejar mimpi jadi gitaris di rockband, make sure dulu you bisa maen gitar atau ngambil les gitar dulu. Langsung tertampar dengarnya. Saya yang bermimpi jadi penulis tapi ngga pernah belajar bagaimana menulis yang baik. *sigh*

Well.. well..
Setelah exhibition itu, saya memisahkan diri dari para PhD itu. Bukan apa-apa, saya tak kuat mental lama-lama menjadi orang bego sendiri. Karena saya masih berniat melanjutkan perjalanan ke Zanse Schaan, sementara mereka hanya berniat untuk makan siang dan ngobrol. Jadilah saya melanjutkan perjalanan sendiri dengan berbekal apps public trasport biar ngga nyasar. Walau sempat ketinggalan bus gara-gara salah ngerti petunjuk di app, akhirnya saya sampai juga di tempat yang ternyata tujuan utama turis kalo ke Belanda ini. Bahkan saya juga melihat bus hop-on hop-off disini.

Dan pemandangannya cantiiiik....  Terang dan sangat kontras dengan pameran "pintar" lego sebelum nya.
Green field, Blue Sky

Blue sky and Windmills 
Pemandangan awal di kompleks ini jika datang dari train station terdekat

Ingin "menangkap" rumah-rumah cantik diseberang sungai..
Tapi apalah daya yang tertangkap kamera tak seindah aslinya

Saya hanya menghabiskan waktu berjalan-jalan di kawasan ini tanpa berniat memasuki satupun museum nya. Mereka punya beberapa museum kecil termasuk masuk ke salah saru windmill nya. Tapi karena saya merasa sudah cukup pinter setelah melihat art exhibition sebelumnya, jadi saya memilih tidak memasuki satu museum pun.

Oya tempat ini penuuuuh turis dan tentu sahaja ada cafe dan toko souuuuvenirnya. Dan tentu saja rame turis Asia. Sewaktu saya mengantri untuk masuk ke toilet, si ibu penjaga nya dengan ramah nya meletakkan tanggannya di bahu saya sambil bilang
"I am sorry lady, but I have to tell you not to use your water bottle inside"
"My water bottle? What do you mean?" Padahal sambil mulut saya mengajukan pertanyaan itu saya langsung menyadari maksudnyaaaa.. Apalagi kalo bukan soal cebok kebiasaan ga bisa cuma pake toilet paper.
"To clean your self.. I am sorry.. I have to tell this because some people make a big mess inside there"

Tuh kaaaan... Grrr... Kalo pun pada pake air botolan mbok ya jangan bikin basah kemana-mana dwooonk.. Akhirnya kan di cap seperti ini.. Lihat saya asia dan pakai kerudung langsung dituduh bakal bikin kekacauan di dalam toilet. Ngga enak banged cap nya.

Ah well.. another piece for today.

*jadi nulis blog aja kerjaannya hari ini nieeeh?!?

Four Weddings and No Funeral

Judul diatas berhasil meringkat dengan singkat peristiwa penting hidup saya selama kembali ke negara tercinta. Di periode January - May 2014 ini saya menghabiskan hari di Jakarta. Berjuang dengan kaum proletar lainnya, dari naik kereta sesak di setiap jam berangkat dan pulang kantor, sampai menyusuri gang-gang sempit yang dipenuhi rumah kost dan tempat makan, dengan tikus-tikus sehat yang riang gembira berlarian. Kenyataan nya tak seseram tulisan saya barusan koq. Jakarta masih merupakan tempat impiam segolongan orang borjuis dengan ratusan mall dan cafe tempat menghabiskan waktu dan merampok uang. Kaum yang menghabiskan seperempat harinya di dalam mobil karena lebih memilih kenyamanan mobil di lalu lintas mengerikan Jakarta. Dan memilih kenyamanan lingkungan rumah di kawasan yang jauh dari pusat kota.

Ah well... niat saya menulis kali ini bukan untuk membahas kota Jakarta. Tapi untuk menulis 3 weddings yang sempat saya hadiri.
1. Di Pekalongan.
Yang menikah adalah roommate saya sewaktu (dulu) juga sempat mengadu nasib di Jakarta. Kita sempat satu kost selama kurang lebih 3 bulan. Dia tau cerita saya dan saya tau cerita dia. Setelah 3 bulan itu kami masih sering bertukar kabar jika salah seorang membutuhkan. Dan yang seorang lagi selalu berupaya untuk menolong walau hanya sekedar mendengar. How I missed this kind of friend.

2. Di Surabaya
Jika yang pertama adalah teman saya sewaktu menderita di Jakarta, yang kedua ini merupakan teman sewaktu saya di Melbourne, yang seperti juga yang pertama, selalu bahagia membantu. Kita pernah menjadi flatmate selama 1 bulan atau beberapa minggu, tapi tidak terlalu banyak memory yang saya ingat di masa itu. Mungkin karena waktu saya habis di dalam kamar dengan jadwal hidup yang berbeda dengan dia. Mengingat mereka sekarang, saya menyadari bahwa mereka berdua sangat berbeda, dan tentu juga jauh berbeda dengan saya, tapi sama-sama orang yang menatap masa depan dengan harapan *halah*.

3. Di Jakarta
Hmm... what can I say.. Yang ini adalah teman SMA saya. Tak sedekat yang dua diatas, tapi sama seperti yang dua diatas, dia juga seseorang yang ringan hati membantu. Pernah saya mendarat tengah malam di Jakarta dan dia menjemput saya ke airport dan membiarkan saya menginap di tempat nya. Tinggal disini dan bergaul dengan teman-teman Indonesia disini, entahlah.. saya tak menemukan sosok-sosok yang seperti teman-teman saya di SMA dan Melbourne. Yang mau membantu tanpa pamrih, yang merasa dekat dan akan melakukan apa saja untuk membantu. Mungkin karena saya merasa dekat dengan beberapa orang disini, tapi ternyata sepertinya mereka tak merasa dekat dengan saya sampai tingkat teman-teman diatas. I would do the same for them.. tapi ya mereka juga sepertinya dari awal juga telah membatasi diri meminta bantuan karena mereka sendiri juga tak mau direpotkan oleh orang lain. Tak semua.. ada seseorang yang juga tipikal teman-teman saya sebelumnya. Dan tentu saja saya dekat dengan dia and would gladly to help her if needed. I would gladly to help anyone if needed, actually... :D

4. Di Padang
Ini wedding nya sepupu saya, dan saya juga sempat nebeng tinggal bersama dia selama 2 bulan. Saya mendengar cerita-cerita nya dari awal perencanaan wedding. Kita tidak memiliki hubungan dekat sebelumnya, hanya karena hubungan keluarga. But as some people said, blood is thick than water (apaansiiih?)

Alhamdulillah selama masa saya di Jakarta tidak ada funeral yang saya hadiri. Tapi sayangnya saya melewatkan wedding salah satu my best friend. Yang bersama dia saya sering memasak, belanja, jalan-jalan, dan bercerita. Dia juga tipikal teman yang tanpa pamrih mau menolong hanya karena dia mau menolong teman. Yang mau siang-siang menemani saya lunch di dekat kantor hanya karena saya tak punya teman makan siang. Yang mau dititipin belanjaan walau jadinya merepotkan dia. Yang mau menemani saya menghadiri wedding 1 walau dia tak kenal teman saya itu. Yang mau menggila jalan kemana-mana dengan saya di tahun 2012 hanya karena saya ingin melarikan diri dari suasana kantor. Well.. not everything would come out as your plan..

*menulis ini disaat seharusnya mengerjakan thesis, sangat produktif sekaliiii
**sigh

Friday, June 20, 2014

Thesis dan Mimpi

Ketika saya sibuk lagi dengan thesis, pikiran saya kembali pada mimpi-mimpi saya selama ini. Melihat kebelakang dan tersesat. Ketika seharusnya sibuk dengan thesis, pikiran saya malah kembali sibuk dengan berbagai macam ide yang ingin saya tulis di blog ini. Tentang kemampuan menulis saya yang masih rendah. Bukan dalam hal menulis thesis (walau itu juga), tapi dalam menulis cerita saya di blog ini. Kadang saya iseng dan membaca ulang tulisan saya di blog ini. Dan saya teringat komentar adik saya tentang Trinity Traveler (benar si traveler Indonesia yang terkenal itu), dia bilang cerita trinity itu memang seru, tapi cara dia menulisnya jelek sekali. Dan adek saya yang berkomentar itu adalah seorang penikmat karya sastra yang mencintai karya-karya Pidibaiq. Silahkan yang mau browsing tulisan dua orang itu dan membandingkan nya. Yang pertama isi (content)nya seru tapi cara menulisnya sampah kurang menarik, yang terakhir isinya sampah ga penting, tapi cara menulisnya seru. Yang lebih asik dibaca tentu saja yang terakhir, lebih asik lagi tentunya jika cerita penulis yang pertama di tulis oleh penulis kedua.

Nah.. kembali pada tulisan saya di blog ini, kira-kira isinya seperti karya penulis kedua tapi cara menulisnya seperti penulis pertama. Jadilah sama sekali tidak seru untuk dibaca ulang oleh diri sendiri.

Thesis saya kali ini, tak ubah nya dengan thesis sebelumnya, akan meneliti satu komponen kecil dari isu besar global saat ini. Yah.. sekurang nya saya masih menjadi bagian dari isu global itu, memberikan sedikit kontribusi. Saat saya masih sibuk belajar masalah detil yang nantinya mungkin akan berdampak besar dalam proses pengerjaan thesis saya ini, pikiran saya sudah mulai menggali bagaimana saya bisa "menjual" hal ini di kemudian hari, sebagai buruh demi segepok uang. Dan kemanakah saya masih mau melacurkan diri untuk hidup setelah ini. Apa saya masih mau memperbudak diri didalam ruangan, didepan komputer membaca berbagai hasil penelitian di dunia untuk mengerjakan penelitian saya sendiri, atau saya memperbudak diri di sebuah perusahaan atau organisasi. Pilihan terakhir baru saja muncul... atau mengabdikan diri untuk kebaikan bersama. Tapi yang terakhir itu sunggung tak nyata. Pilihan pertama dan kedua pun bisa dilihat sebagai pengambdian diri untuk kebaikan bersama juga.

Mimpi saya dari dulu adalah menjadi penulis best seller. Tapi saya pencinta fiksi, dengan naga dan monster, dan dwarf, dan elf nya. Jika saya menulis sesuatu yang seperti itu apa memberikan manfaat? Atau jika saya menuliskan suatu cerita imajinasi setengah nyata yang menuliskan cerita hidup saya yang menarik dan mempesona misalnya, apa itu juga akan memberi manfaat bagi yang lain? Yang membuat anak-anak kampung berniat untuk melanglang buana ke luar negri, tapi terus untuk apa?

Racun travelling bagi anak Indonesia sepertinya sudah cukup besar. Saya mengikuti beberapa group backpacker di fb dan melihat beberapa orang yang berniat dan bermimpi jalan keluar negri dengan segala cara, tapi setelah itu untuk apa? Ya itu bagus untuk membangun mimpi, tapi apa setelah mimpi itu tercapai?

Mendengar argumen saya diatas, mengingatkan saya pada seorang sahabat saya. Dia mengatakan "ngapain?" pada mimpi saya yang ingin travelling ke beberapa negara. Sementara dia content dengan profesi IRT nya mengasuh anak dan mengabdi kepada suami. Mimpinya adalah naik haji, dan telah dia laksanakan. Sama seperti saya yang telah mencapai mimpi saya menjelajahi beberapa negara.

Dan setelah itu apa....??

Conclusion: I need to find another dream

Wednesday, June 11, 2014

Bromo Trip

I know.... Bromo itu tujuan seribu umaat... Udah ngga menarik lagiii... Tapi itu ada di wish-list tempat di Indonesia yang harus saya kunjungi sebelum mati (halah). Dan kebetulan teman saya ada yang menikah di Suarabaya dan saya sudah berjanji untuk datang ke pernikahannya.

Bahagia bisa mengambil foto ini langsung
walaupun udah sering banged lihat dimana-mana
Setelah menggila di tahun 2012 mengunjungi tempat-tempat yang ada dalam wish-list saya, yang kebanyakan adalah laut.. Akhirnya saya berkesempatan (dan memaksakan) ke Bromo di awal bulan April kemaren. Well.. what can I say.. I love the view. Tapi teman seperjalanan itu memang bisa membuat suasana yang begitu berbeda. Sayangnya saya "sendiri" ditengah keseruan anak-anak muda itu.

dan anak-anak muda itu satu dekade lebih muda daripada saya
Oya, berhubung saya paling benci menemukan catatan perjalanan yang tidak memberikan rincian yang bisa dicontek seperti nama travel yang digunakan berapa biaya dan sebagainya, dengan berat hati sayapun akan menulis sedikit rincian untuk memberikan perspektive yang berbeda dari tulisan-tulisan sama di luar sana.

Titik keberangkatan kami dari Surabaya, berangkat jam 10 malam, sampai di Pasuruan sekitar jam 2am. Naik ke bromo pake jeep itu bisa dari Pasuruan dan Malang. Dan dari Surabaya tentu saja lebih dekat ke Pasuruan. Biaya travel dari Surabaya + Jeep nya 1,35 juta total untuk maksimal 6 orang. Dan terjadi kesalahpahaman dari deal awal teman saya, dan menurut saya itu kemahalan karena mereka mematok 550 ribu untuk jasa jeep dan itu pun hanya untuk ke pananjakan dan gunung bromo. Sementara ada 7 lokasi yang bisa dinikmati di sekitar bromo dengan menggunakan jeep termasuk air terjund an padang savananya.
another side of then mountain
Jadi saran saya jika akan memanfaatkan travel dari surabaya, mending sewa untuk pp saja excluding jeep karena bisa di nego langsung di kaki Bromo (dengan harga resmi 350rb untuk 3 lokasi dan tambahan untuk lokasi2 lainnya) dengan catatan bukan di peak season. Karena si Pak supir cerita seminggu sebelumnya yang loong weekend, jeep sampe habis.
view from the top of mount bromo
Tips berikutnya adalah berangkat lebih awal keatas. Selain untuk memperoleh posisi ok dalam melihat sunrise nya, juga agar tak perlu berjalan jauh ke setelah turun dari jeep. Berhubungparkirannya cuma sedikit dan kebanyakan jeep hanya parkir di pinggir jalan, makin rame orang yang telah datang, makan parkir jeep nya akan makin jauh dari view point.

Tips paling PENTING berikutnya adalah mind your waste..!! Jangan buang sampah sembarangan..!!! Ini hal yang paling menyesakkan yang saya lihat di Bromo. Terutama di view point nya. Begitu para turis beranjak.. pelataran itu dipenuhi dengan berbagai macam sampah.
tangga dan bunga
ternyata edelweiss nya hasil budidaya, syukurlah :)