Hai.. hai.. masih inget cerita tentang dua orang teman saya si Ahmed dan Cantik yang pernah saya bahas disini..? Saat ini saya sedang di rumah nya Cantik, jangan tanya sedang apa karena saya tak mau menjelaskan nya. Dan tebak siapa yang menelepon Cantik? Tentu saja Ahmed. Tapi ini bukan hal yang special sampai perlu di dedikasikan di blog saya ini. Yang manarik untuk di tulis adalah reaksi Cantik setelah telepon tak penting itu dan pemikiran saya yang memang suka menganalisa hal-hal yang tak penting seperti ini dan menuliskannya di blog ini.
Ini semua tentang perasaan bung (halah). Lebih menarik untuk dituliskan dibanding mendeskripsikan keseruan roadtrip saya ke New Zealand kemaren (baiklah.. saya memang penulis yang sangat malas).
Kembali ke topik kita, kenapa saya jadi sedih sendiri melihat reaksi Cantik yang sangat happy setalah mendapat telpon tak penting dari Ahmed? Dan kenapa saya kesal setengah mati dengan Ahmed? Mungkin karena saya (menganggap) tau perasan kedua nya. Dan saya malah jadi "kasihan" dengan Cantik. Padahal belum tentu saya benar2 tahu perasaan mereka berdua. Barangkali Ahmed memang suka dengan Cantik, bukan hanya memanfaatkan keberadaan Cantik saja untuk keuntungan dia seperti tuduhan keji saya sebelum ini. Semoga hal itu benar adanya. Kalau tidak, itu benar2 merubah pandangan saya terhadap seorang Ahmed.
Tapi apa salah Ahmed ya? Apa salah Cantik yang bahagia dengan hal sepele itu? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah pandangan saya yang melihat tindakan Ahmed seperti "pemberian harapan" pada Cantik.
No comments:
Post a Comment