Kantor saya jelek sekali. Sumpah ini lebih seperti kandang daripada kantor dengan minim fasilitas. Berawal dari bencana gempa yang merusak kantor lama, kantor yang sekarang ini menjadi semacam kantor darurat. Tapi tak bisa dibilang darurat lagi jika telah ditempati lebih dari 5 tahun. Dan tak ada perbaikan kondisi sekalipun kecuali di ruangan kepala yang sangat luas dan ber AC. Benar kawan, ruangan saya yang hanya satu ruangan tak bisa dikatakan besar, diisi oleh 10 orang dengan meja berdempetan dan tanpa sekat. Sekali lagi.. tak ada AC di udara kota yang panas terik ini.
Bisa dibayangkan seperti apa ruangan kecil berisi sepuluh orang, berikut rak-rak arsip dan meja-meja komputer. Jika satu orang telah memutar kencang sebuah lagu, semua harus pasrah ikur mendengarkan. Apa yang terjadi menjadi tontonan semua dan di dengar oleh manusia seruangan. Tak jarang bakap-bapak di ruangan ini memutar lagu minang yang melengking mendayu atau musik dangdut dipagi hari. Cara saya membentengi diri dari serangan pagi yang semena-mena ini adalah adalah dengan mengeluarkan jurus andalan: plug in earphone!
Dan efek samping nya dalah saya tidak mendengar jika bos saya atau orang lain memanggil saya. Ketidak nyamanan berikutnya adalah saat saya harus un-plug and plug in back earphone nya setiap harus menjawab / bercakap dengan yang lain. Positif nya saya bisa fokus pada pekerjaan tanpa harus mendengarkan rumpian atau becandaan di ruangan yang tak jarang pula menyindir2 saya yang masih berstatus single.
Saya paling suka saat saya mengangkat kepala dari layar laptop dan memperhatikan aktivitas dan ekspresi teman-teman di ruangan tanpa mendengar satu katapun yang mereka ucapkan.
No comments:
Post a Comment