Saat ini saya sedang hobi-hobinya dengan self reflection paper. Bagaimana tidak, hingga saat ini saya telah membuat beberapa self reflection assignments untuk sebuah course, yang tiga terakhir baru saja saya kerjakan seharian ini. Beberapa hari yang lalu saya juga mengerjakan another self-reflection paper untuk exemption another course, dan sebulan yang lalu sebagai bagian dari internship report saya.
Menurut saya, para pengajar disini mengagungkan self-reflection sebagai metode pembelajaran diri yang mumpuni (halah). Dalam tulisan itu kita diminta untuk berkaca akan tidakan/pembelajaran yang telah kita lakukan selama ini. Bagaimana kita menilai diri kita sendiri (bingungkan bacanya?) selama belajar. Menilai sendiri atas tindakan yang kita lakukan, apa yang menurut kita baik atau kurang dan kenapa begitu, serta diakhiri dengan bahasan apakah kita akan melakukan hal yang berbeda, atau apa yang bisa kita lakukan lebih baik lagi jika harus mengulang kembali kesempatan yang sama.
Coffee machine baru jika sudah pusing berkaca sendiri |
Untuk bagian dari internship report, tentu saja saya berkaca dengan semua pekerjaan yang saya lakukan selama di host organisation dengan segala masalah dan harapan saya dan diakhiri dengan "I should have done this and that instead of that and this..". Untuk exemption salah satu course saya harus berkaca pada pengalaman kerja saya selama ini dan mengaitkannya dengan expected outcome dari course yang ingin saya hindari itu sembari mengumbar pengalaman dan kemampuan saya dalam reflecting learning (istilah ngaco) yang di sesumbarkan menjadi kekuatan course itu. Ya benar! Saya menghindari course yang mengajarkan cara self-reflection dengan membuat self-reflection paper. Dan banyak tugas-tugas lainnya yang harus saya kerjakan dengan metode ini. Tapi tentu saja saya sangat percaya diri setelah self reflection paper untuk internship saya diganjar nilai 8.5 oleh supervisor dari university (bukan host organisation).
Jika saya kembali menggunakan self-reflection pada tulisan kali ini, sepertinya saya baru akan percaya diri jika telah memperoleh nilai memuaskan. Tugas self reflection pertama saya sebelumnya hanya dihargai angka 6, sementara saya telah dengan sangat antusias dan berbangga hati mengerjakannya. Nilai itu sukses membuat saya merasa paling bego sedunia dan menghantarkan sebuat surat pertanyaan pada sang dosen. Tentu saja sang dosen menjawab dengan terus terang bahwa yang saya anggap self-reflection itu sama sekali tidak merefleksikan proses pembelajaran diri saya. Jadi, pelajaran sangat berharga untuk mengerti apa itu self reflection. Dan tetap didalam hati saya menyalahkan para pengajar course itu karena selama di course menjelaskan dengan absurd dan sama sekali tidak saya mengerti tentanang apa yang diharapkan dalam self-reflection paper.
Nah yang paling membanggakan hari ini adalah karena saya (hampir) menyelasaikan 3 self-reflection lainnya untuk sebuah course yang seharusnya telah selesai masa nya 6 bulan yang lalu tetapi semua tugas-tugasnya masih terus berlanjut hingga akhir research saya selesai. Saya harus berkaca tentang proses pembuatan research proposal saya, berkaca pada proses saat saya dan team mengorganisir sebuah kelas, dan yang terakhir, yang tak berhasil saya selesaikan adalah berkaca pada keseluruhan course tersebut. Untuk yang terakhir saya lebih banyak menuliskan komplen keluhan atas cara penyelenggaran dan penilaian course tersebut. Dan self reflection paper saya tidak akan berakhir sampai disana. Nanti saya akan menulis lagi tentang persiapan presentasi hasil research saya dan penyelesaian thesis saya.
Jadi benar adanya jika hari ini saya menobatkan diri sebagai self-reflector expert...!
1 comment:
terima kasih sudah membuat saya sedikit memahami tentang self-reflection :)
ini sangat bermanfaat untuk tugas kuliah saya ;)
Post a Comment