Wednesday, October 28, 2015

New Year 2015 trip Part 1: The Arrival

Berhubung saya sedang tidak ada kerjaan dan bingung berat mau ngapain dan sangat ingin jalan-jalan, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan perjalanan menyambut tahun baru tahun 2015 kemaren. A thing to remember lah ya... Saya sempat menuliskan beberapa penggal pengalaman liburan selama 3 minggu Christmas - New year period tersebut, tapi tanpa menceritakan detil perjalanannya.

Jadi my significant one (waktu itu belom jadi suami lah yaa...) datang mengunjungi eyke ke negri kumpeni. Niat mau datang nya sie udah dari tahun 2013, kenyataannya, saya yang akhirnya balik ke Indonesia lebaran 2013 (1 bulan), internship di January 2014 (4 bulan), balik lagi buat data thesis di Jambi Agustus 2014 (2 bulan), daaaan akhirnya si dia datang di December 2014. Sementara eyke dijadwalkan beres kuliah akhir Jan 2015 dan berencana balik February 2015. Jadi ya... LDR selama 2 tahun itu bukan beneran ngga ketemu blas selama 2 tahun, paling lama ya 6 bulan-an.

Tanggal 26 December 2014 malam dia mendarat di Schipol (yeay...!) dan berhubung ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki ke Eropa, dan sebagai tuan rumah yang baik saya menjemputnya dunk.. :D


Saat saya sampai di airport, pesawat yang dia tumpangi telah mendarat, tetapi saya tetap harus menunggu beberapa saat karna proses imigrasi dan pengambilan bagasi. Saat saya menunggu, seorang om-om duduk disamping saya dan mengajak berbicara. Dia orang Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Belanda (melihat sekilas saya tak menduga bahwa dia orang Indonesia) dan sedang menunggu istrinya yang datang dengan pesawat yang sama. Akhirnya kita sempat bercakap sebentar dan dia memuja istrinya yang ternyata juga orang Padang yang jago sekali memasak.

My significant one muncul lebih dahulu diikuti oleh istri nya si om. Dan ternyata dia juga sempat membantu bawaan ibu-ibu yang ternyata adalah istri si om ini. Si tante tentu saja bawa banyak sekali barang dan si om sempat bercerita sebelumnya bahwa si tante pernah bawa 10kg rendang dan ditahan imigrasi gara-gara kedetect sama anjing nya :D

Kami pun memisahkan diri dari si om dan tante yang ujung nya bertemu lagi di toilet. Disinilah saya officially berkenalan dengan si tante dan bercakap bahwa saya juga orang Minang. Seperti kebiasaan orang Minang, pasti dunk si tante menanyakan dimana kampung halaman saya. Dan saya memberikan jawaban standar bahwa sekarang orangtua saya di Padang tapi nenek saya di Sijunjung. Dan si tante juga mengaku dia pernah tinggal di Muaro-Sijunjung. Disini perasaan saya mulai tak enak.. ingat (almh) emak yang pernah ngaku terkenal sekota Muaro-Sijunjung. Ya gimana ngga akan kenal semua orang di kota kecil ituh. Saya pun langsung bilang..
"Jangan-jangan tante kenal orang tua saya..."
"Siapa..?"
"xxxxxxx"
"Ya ampuuun....! Saya Bu Sarjak..!"
"Ow ya ampun ibu..."
"Anak saya si Y dan Z satu sekolah sama anaknya bu xxxx (which is kakak saya)..."

Yeah... to be honest, saya tak ingat wajah Bu Sarjak sedikitpun, saya juga berpikir sepertinya saya tak pernah sekalipun bertemu dia dimasa kecil saya. Tapi tentu saja namanya tak asing di telinga saya karna dia dan suaminya (yang dulu) adalah teman orang tua saya. Pak Sarjak adalah dokter di kota kecil itu yang tentu saja dikenal semua orang. Dan anak nya satu sekolah dengan kakak saya (anak siapapun akan pernah satu sekolah di kota kecil ini karna hanya memiliki satu SMA)

Si om yang mengobrol dengan saya tadi bukan Pak Sarjak tentunya. Saya tak tau nama asli Bu Sarjak sebenarnya siapa.
dengan Bu Sarjak

I think this story should be ended here. Ini sama sekali bukan cerita perjalanan saya dengan dia. Tapi sekurangnya ini awal yang manarik untuk diingat.

Oya, saya mau menambahkan cerita dia mengurus visa. Jadi dia apply visa Belanda dengan invitation dari saya. Jadi saya harus ke kantor Gementee untuk mendapatkan form invitation. Di form itu saya harus mengisi informasi saya dan dia. Dan berhubung saya sama sekali tidak membawa dokumen yang dibutuhkan (pastinya ditanya no passport etc), saya akhirnya harus balik lagi ke Gementee setelah mengisi semua data untuk meminta signature dan stamp dari mereka. Kemudian invitation letter ini harus dikirim ke Indonesia (by post karna harus yang asli) dan masuk dalam berkas yang dibawa untuk aplikasi visa. Karena saya yang mengundang dan "mengaku" akan menanggung semua biaya dia selama stay, jadilah saya juga harus mengirimkan bukti tabungan selama tiga bulan terakhir.

Sementara dia melengkapi semua berkas yang diminta untuk applikasi visa dan tibalah waktu interview. Walaupun kita berencana untuk jalan ke Belgia dan Paris, tapi dia sama sekali tidak memasukkan itinerary tersebut dalam aplikasi karna pastinya akan ditanya booking hotel etc, padahal saya sama sekali tidak mau booking sebelum pasti dia mendapatkan visa. Yang lucunya, dia bercerita bahwa saat interview sama si mbak-mbak intervewer menanyakan tujuan dia ke Belanda (pertanyaan standar). Dan dia cuma menjawab mau mengunjungi pacar yang sedang kuliah. Saat si mbak nanya kapan saya akan selesai dan balik, dia jawab bulan February. Dan komentar si mbak nya adalah...
" Gak sabar amat..." :D

Oya, sebelum dia berangkat saya dengan ragu minta dibawakan novel terbaru nya Dee - Gelombang, yang waktu itu baru terbit. Saya ragu karna (1) akan menambah beban membawanya balik ke Indonesia (2) saya akan pulang tak lama lagi (3) akankah ada waktu membacanya padahal saya sedang sibuk dengan thesis report. Dan dia juga dengan tegasnya menolak membelikan dengan alasan yang kurang lebih sama. Okay.. I got it.... Eh tanpa disangka dia membelikan novel itu lengkap dengan bungkusan cantik ala mbak2 toko (ga mungkin dia yang bungkuuus :D) yang langsung saya recycle untuk membungkus titipan teman di Indonesia (bungkusnyaaa.. bukan bukunya!). Alhamdulillah yaaa... How lucky I am... :)

No comments: