Sunday, July 02, 2006

Gadis Kampung VS Preman Kota



Gadis Kampung


Namanya Chika. Artinya uhm.. sepertinya bukan arti sebuah nama, tapi nyokapnya ngasih nama dari singkatan “cinta kita” katanya… whoakaka…. Dangdut amat terdengernya….

Putih, bersih, cantik… Tinggal bersama Mama nya yang Ibu Rumah Tangga part time, alias bekerja. Tapi selain itu juga sama nenek, kakek, bunda, dan tetangga-tetangga yang sebagian besar masih ada tali sodaranya. Tiap hari di lingkungan rumahnya rame. Dari anak kecil sampe kakek-nenek, semua menyapa. Semua kenal. Semua mengajak bermain, berbincang dan bercanda.

Alhasil di umurnya yang baru 2 tahun ini Chika terbiasa bercakap-cakap dengan orang lain. Telah mengerti sebagian besar kata dan sedang berusaha mempraktekkan kosa-katanya. Seperti spons yang menyerap cepat, sekarang dalam masa “pem-beo-an” dimana setiap kata yang dia dengar langsung diulang dan dipraktekkan dengan lafal yang cukup jelas dan bisa dimengerti.

Chika pun paham dengan obrolan orang lain. Jangan coba menertawakan atau menceritakan kisah lucunya di depan dia. Karena chika bakal langsung mengerti dan menangis…

Kalo disuruh bernyanyi, Chika hanya punya 2 lagu, reff “jauh”-nya slank (bisanya ngomong jauh..jauh.. doank..) dan Happy Birthday. Nadanya ngga beda antara kedua lagu ini dan sama sekali ngga sama dengan nada aseli lagu…hihihi…

Tapi jangan suruh Chika duduk tenang menonton televisi biarpun sedang acara kartun untuk anak. Ngga akan betah…. Trus semua yang terlihat menarik dan berwarna-warni (khas anak kecil) di televisi ingin diambilnya. Yang ada dia teriak-teriak minta diambilin apa yang dilihatnya dalam kotak berwarna itu. Siapa yang bisa??


Preman Kota
Ini nih, preman kecil bernama Naqiya yang artinya “putih bersih, suci” tapi berlawanan sekali dengan kulit tubuhnya…whahaha.. nama adalah doa kan…??

Tinggal di kota, di kompleks perumahan yang indifidualistik nya tinggi. Sepanjang hari hanya berdua dengan Ummi nya yang IRT full time. Kalo pun bertemu dengan anak-anak tetangga ato tetangga nya sendiri, hanya untuk beberapa saat.

Alhasil bocah yang juga berumur 2 tahun ini khidmat sekali berlama-lama di depan TV menyaksikan Dora, Diego, Sponge Bob dan kawan-kawan. Koleksi lagunya lengkap, mulai dari alif ba ta, tasya, lagu anak sepanjang jaman, sampai semua jingle iklan. Hasil obrolannya berdua dengan ummi dan hasil menonton TV nya menciptakan bahasa planet yang jarang bisa dimengerti.

Saking banyaknya kosa-kata yang dia dengar, Naqiya mahir di intonasi, tapi pronunciation ga jelas. Kalau menyanyikan lagu nya yang sangat banyak itu, kita bisa mengenali apa yang dinyanyikan berdasar kan nada-nadanya aja, karena kata yang dilafalkan kadang tanpa makna dan jauh berbeda dengan syair lagu.

Begitu juga dengan mengobrol. Naqiya hobi sekali mengajak berbicara cepat, kadang dengan nada bertanya tapi kata-katanya tanpa arti. Hanya mencoba mencontoh gaya berbicara orang-orang yang dia lihat.

Kalua melihat orang rame sedang menonton TV, Naqiya bakal minta diganti dengan VCD lagu atau kartun yang dia mau. Membawakan CD yang dimaksud dan remote buat nuker channel. Dan semua yang ada disana harus menyaksikan dirinya bernyanyi dan menari mengikuti irama. Sambil menari sumringah, dia akal melihat pemirsanya. Kalau ada yang terlihat sedang tidak memperhatikan dirinya, Naqiya akan memanggil dan menyuruh ikut tersenyum, bertepuk atau menggerakkan tangan… buset…


Chika VS Naqiya
Begitu keduanya bertemua…halah… hancur dunia, cape gw…. Naqiya yang bossy sering bikin nangis Chika. Apapun yang dipegang chika, baik mainan ato makanan, langsung ingin direbutnya. Kadang dengan tambahan tamparan ato dorongan ke tubuh Chika. Kalau ada yang melihat dan berusaha menghalaginya merebut, Naqiya bakal menjerit dan berteriak “pinjam…pinjam…!!!” histeris sambil menangis. Mo minjam kok maksa…!

Kalo Naqiya yang punya makanan dan disuruh kasih sebagian ke Chika, dia sih mau. Tapi kalo mainannya di minta pinjami ke Chika, yang keluar teriakan “tidak-tidak-tidak” lengkap dengan jeritan awal tangis.

Belakangan Chika yang baik hati (ato takut digampar Naqiya) bakal langsung ngasih mainan yang dipegangnya dan diam. Ngga mau lagi dikasi ganti mainan lain (coz Naqiya bakal “minjam” lagi mainan ganti itu) tapi sambil sakit hati. Begitu di bujuk Chika bakal nangis kenceng ngegantiin tangisan Naqiya.

Tapi kalo udah ngga ketemu, keduanya suka menanyakan yang lain dimana. Dalam urusan bermain, Naqiya selalu memimpin. Mengajak Chika “Cita ayo.. nene..” tapi kemudian asik bermain sendiri dan Chika memperhatikannya sambil senyam-senyum, tertawa, dan kadang mengikuti, atau memberi tau perbuatan Naqiya dengan bahasanya yang bisa dimengerti ke penghuni rumah lainnya.

Keduanya sih sama-sama keras kepala. Apa yang diinginkan mereka harus selalu harus dipenuhi atau tantangannya tangisan maut. Chika lebih mudah untuk dialihkan perhatian dari tuntutannya dibanding Naqiya. Dibujuk dengan kata-kata Chika bisa berhenti menangis. Jangan harap Naqiya bisa seperti itu. Makin banyak yang kita ucapkan, makin kencang teriakannya. Kalo mau mengalihkan perhatiannya dari tuntutan, kudu ngegendong dia dan pindah ke lokasi ato objek lain yang lebih menarik. Kata-kata, tak bermakna…

Cape banget ngurus anak kecil, apalagi klo ada dua seumuran. Untung lah cuma bentar… Kebayang deh ortu nya yang ngurus tiap hari… Sekarang setelah keduanya kembali ke asal masing-masing gw bisa nyante lagi. Tapi berasa sepi juga… Lebaran ntar deh pasti lebih rame lagi….

1 comment:

Anonymous said...

seru emang, awal2 baca kirain anak ente hehehe mampir bentar ya