Wednesday, March 14, 2012

Chest Pain

Saya masih ingat banget awalnya, Jumat 2 Maret 2012. Kebangun di pagi yang dingin karena hujan semalaman dan dada saya sakit serta kedua telapak tangan terasa sangat pegal, atau bahasa temen saya yang dokter nyeri sendi. Tapi hanya di tangan sebelah kanan. Yang sangat sakit adalah dada saya, dan saya harus tidur telentang, jika saya miring sakitnya jadi tak tertahankan. Hari jumat itu saya tidak begitu peduli akan sakitnya, karena sakit dada itu terjadi hanya jika saya miring atau memposisikan bahu menekuk kedepan seperti posisi ketika tidur miring. Jadi hari jumat itu saya tetap beraktifitas seperti biasa di kantor seharian. Ketika pulang kantor, ketua tepalak tangan saya sudah nyeri. Saya sudah tidak bisa lagi mengepalkan jari dengan rapat. Syukurnya saya masih bisa nyetir pulang dan langsung tepar tertidur begitu sampai di rumah.

Malam hari nya saya bangun untuk menyaksikan Indonesian Idol (hanya untuk mengungkapkan fakta berarti jam 9 malam) dengan kondisi badan yang sudah tidak fit. Dan malam itu, dua adik saya juga dalam kondisi demam. Alhasil besok nya hari sabtu, kita semua sakit dan malamnya salah seorang adik saya di diagnosa DBD tapi dia tidak mau di rawat. Saya dan seorang lainnya akhirnya ke dokter dan hanya di beri obat. Hari minggu badan saya masih meriang tapi sudah tidak separah hari Sabtunya, saya memperoleh surat sakit untuk 3 hari. Jadi senin dan selasa saya tidak ke kantor. Hari selasa saya sudah merasa cukup kuat, dan berakhir harus mengantar adik saya RS untuk diopname karena seluruh tubuhnya mengeluarkan bercak merah dan trombosit nya turun. Dia sempat dirawat 3 hari, saya sempat ke kantor hari Rabu, tapi kembali tepar hari kamis dan jumat nya. Saya cek darah dan normal, tidak ada penurunan trombosit, tapi hari kamis itu badan saya kembali pegal.

Ketika ngobrol dengan teman saya yang dokter, dia malah lebih mengkhawatirkan cerita saya tentang sakit di dada dan menyuruh saya ke ahli penyakit dalam dengan mengajukan beberapa diagnosa awal yang "mengkhawatirkan". Tentu saja idenya saya tolak mentah2 karena saya merasa sudah baikan dan saya tidak mau "ketahuan" mengidap penyakit lain yang lebih membahayakan dibanding sekedar demam. Waktu itu tidak ada lagi keluhan sakit di dada saya. Saya sempat menganggap itu hanya sekedar psychosomatic akibat derita lain (non fisik) yang sedang saya alami.

Tapi sekarang, dada saya kembali terasa sakit jika saya salah menggerakkan bahu. Juka saya menggeser kedua bahu kedepan. Tapi tidak begitu parah. Dan jari tangan kiri saya masih berasa sedikit "kesemutan" dan sedikit nyeri jika dikepal kuat. I would like to go to doctor. Tapi dokter dsini..? eww... Paling ntar langsung ngasih obat2 ga penting. 

Oya, kemaren saya sempat 2 kali ke dokter dan yaaa... tentu saja dikasih antibiotik, paracetamol dan vitamin. Walau dokter kedua bahkan tidak menganjurkan saya istirahat, tapi tetap memberi obat (what's wrong with you? Kalo menganggap ga sakit hingga ngga butuh istirahat, terus kenapa ngasih obat..??). Walau dia bilang panas badan saya normal dan saya juga mengakui tidak deman lagi, tapi tetap memberikan paracetamol (daa..?).

Barusan sempat googling tentang chest pain dan yaa... banyak kemungkinan (tentu saja). Tapi saya tidak mau khawatir. Satu dan atau lain hal akan membawa manusia ke kematian. Chest pain barangkali hanyalah hal terakhir yang perlu dikhawatirkan di dunia yang makin menggila ini

Sekian.

No comments: