Dulu kamu selalu mengerti akan ketidak sabaran ku, sekarang apa peduli mu
Dulu kamu selalu menenangkan dan memberi solusi, sekarang tak usah dipikiri
Dulu ada kita dan rencana masa depan, sekarang sudah expired
Dulu ada aku dan sesal ku, sekarang terlupakan
Apa yang aku mau?
Dulu memang begitu tapi semua berubah, dan kamu bilang sudah terlambat saat ku berubah pikiran.
Bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.
Bedanya adalah dia menyangka telah selesai dan aku masih berpikir belum tiap kali dia hadir.
Bagi nya hadir dirinya tak lebih dari hanya sekedar sapa semata.
Oya...? Sekedar... bagaimana dengan ungkapan yang sama selalu di ulang di akhir percakapan?
Dan ya.. aku tak pernah percaya. Dan memang ternyata terbukti tidak benar.
Tapi ternyata di balik sadar aku masih memupuk harap.
Siapa yang akan di salahkan.
Dia berucap apa yang dia mau. Walau berkali-kali tak kusetujui dalam kata, tapi dalam kenyataannya sikap ku tak berubah. Dia tetap dengan apa maunya, dan aku tak bisa bersikap.
Kenapa?
Terlalu tejebak dalam impian sendiri?
Dan siapa yang aku salahkan sekarang?
Diriku sendiri?
No comments:
Post a Comment