Sunday, September 25, 2011

Gebetan

Hihi.. Tadi abis chat lagi dengan manusia di seberang lautan yang ternyata telah menjadi teman dunia maya saya sejak tahun pertama blog ini ada. Bukan berarti dia tidak real... saya beberapa kali bertemu dia dan dia beberapa kali menjadi tokoh utama atau ide tulisan saya di blog ini. Ya ngga beda dengan apa yang akan saya tulis sekarang ini. Dan tidak..!! judul diatas bukan bukan menggambarkan posisi dia dimata saya. Biar lebih jelas, dia bukan gebetan saya. Tapi itu menjadi salah satu topik chat kita tadi yang lumayan lucu untuk dicatat dokumentasikan dalam blog ini.

Seperti biasa, sebelum menulis inti cerita, saya suka menulis komentar yang lain-lain dulu yang biasanya tidak ada hubungan dengan judul. Hanya ingin merekam sebuah fakta kecil, bahwa pada awal nya, si manusia di seberang lautan ini memanggil saya dengan panggilan "kakak" dan sejak entah kapan panggilan itu telah bertransformasi hanya menjadi nama saya saja tanpa saya sadari. Saya bukan penggila panggilan penuaan kehormatan seperti "kakak", "mbak", "uni", "teteh" yang nampaknya wajib dinegara kita itu. Entah mengapa, (dulu sie saya menyalahkan ibu saya) di keluarga pun kita adek-kakak bersaudara semua hanya memanggil dengan nama tanpa embel-embel apapun. Sekarang memang terlihat cool, tapi dulu sewaktu jaman esde, ada pertentangan batin setiap kali teman2 sebaya terheran-heran (dan kadang menghakimi) melihat kelakuan saya yang memanggil saudara lebih tua tanpa embel2 "uni", pertentangan antara malu dan tak mau / tak biasa memanggil uni. Jadi jangan salahkan saya yang menyalahkan orangtua... society pressure nya sangat terlalu tinggi saat itu bagi seorang anak esde yang tinggal di kampung. Anyway.. itu tidak berubah sampai sekarang. Saya lebih nyaman dengan panggilan tanpa embel-embel penua-an, tapi juga tak masalah dengan panggilan apapun termasuk di panggil "tante" oleh anak SMA (*gantung diri)

Baiklah.. mari kita berlanjut ke cerita tentang gebetan. Selayaknya orang yang telah terlalu lama berteman, saya dan si manusia di seberang lautan suka bercerita tak penting yang seringkali juga kita lupakan. Saya kadang lupa telah bercerita apa saja dan sejauh mana kepada dia, dan cerita dia seringkali juga telah saya lupakan sama sekali... hehe... Terutama cerita tentang gebetan. Saya tak pernah ingat tokoh2 gebetan dia karna terlalu banyak... dan saya selalu lupa gebetan saya yang mana saja yang telah saya ceritakan ke dia.. lol.

Tapi saya inget beberapa bulan kemaren (saat saya labil), saya menceritakan tentang kondisi saya yang saya pikir sedang "in love" with somebody. Dan reaksi dia yang kaget membuat saya jauh lebih kaget. Karena, selama ini ternyata saya tak pernah sepertinya mengakui atau berbagi cerita seperti itu kepada dia.. (masa sieee...???). Hmmm... walau sampai sekarang saya yakin dia tau kisah saya sebelum ini, karna kita memiliki circle teman yang sama, tapi dia sama sekali tak pernah memberi kesan dia tau sesuatu dan atau berusaha membuat saya menceritakannya. Jadi ya sudah. Anggap saja kisah lama itu tak pernah ada. Mari lanjutkan kisah sekarang...

Ketika dia bertanya "bagaimana dengan gebetan...?"
Reaksi saya adalah... "that's over"
Daaa...? Over gimana? Start aja juga belum. Tapi memang saya sudah tak selabil sebelumnya. Yang terlalu memikirkan orang-orang tersebut (lho..? banyak ya..? hehe..). Karena masalah kuliah saya yang ancur dan mereka yang tidak respon. Alasan kedua sebenarnya lebih merupakan alasan utama saya melupakan dan menganggap semua nya telah berakhir. Karena tak berguna toh... Saya bukan tipe orang yang akan berusaha mendapatkan perhatian lawan jenis dengan berbagai cara... Hei.. kalo kamu tak tertarik dengan saya, ya sudah... I won't do anything to make you in to me...

Kalo tadi saya menulisnya lebih kejam lagi...
"kalo ngga respon ke gw ya sudah... what the hell.. Ga gw peduliin jugaaaa... bodo amat ama semuanyaaaa...."

Dan komentar dia hanyalah tertawa bahagia.... "hahaha.. sound like you"

Yeah... That's me... and enough with all gebetan thingy..!

Btw, tadi saya bertemu dengan teman yang saya ceritakan di postingan sebelum nya. Saya masih kesal dengan komentar moron pacar nya itu. Dan saya sekali lagi mengungkapkan di depan dia (karena sebelum ini kan cuma via telpon dan saya hanya sempat speechless) dan di depan sahabat saya yang lainnya. Dengan emosi cukup tinggi saya membahas ulang tentang masalah itu (mungkin ini salah satu saat dimana seharusnya I should keep my thought just for myself, tapi maaf saya tak mampu). Saya masih ngga terima aja si moron itu want to kick my butt just because I found n told a fact of his stupid country  to my bestfriend. The good part was, sahabat saya yang satunya juga ikut emosi mendengar komentar itu, dan nadanya malah melebihi nada tinggi saya... HAHAHA... PUAS. Sekurangnya saya tidak merasa aneh sendiri menjadi emosi karena masalah itu. Memang normal nya orang bakal emosi mendengarnya. Hanya sepertinya karna sahabat saya itu buta karna cinta (cuiiih...) makanya dia bisa-bisanya melihat hal itu lucu.

Menulis disini sekalian juga terapi bagi saya. Menyalurkan emosi yang tidak seharusnya terluapkan dalam kata-kata di kehidupan shari-hari. Jadi tak heran kata-kata saya kadang terlalu kejam atau hiperbola... (upaya pembenaran diri.. hehe..)

2 comments:

- HQ - kiko - said...

ahahaha... just read it...

and, no comment :p

VAP said...

no komen tapi nulis komen... labil ah... :p