Monday, September 19, 2011

Another story of my friend

Semalam saya sempat sedih sekali, setelah menelpon salah seorang teman dekat saya disini. Alasan saya menelpon dia simple. Saya lupa lagi bawa kunci rumah dan kembali sukses terkunci di luar rumah dengan penderitaan yang lebih lengkap karena hp saya juga mati kehabisan batre. Jadi sama sekali tidak ada opsi untuk menelpon housemate yang entah dimana. Saya yakin si housemate tidak dirumah karena tidak terlihat lampu menyala dari dalam flat kami. Singkat cerita saya akhirnya mengungsikan diri ke tetangga yang kebetulan hampir semua orang Indonesia, berharap mereka punya charger yang sesuai untuk hp saya, sayang nya saya tidak seberuntung itu. Dan si tetangga juga tidak memiliki nomor telepon housemate saya. Akhirnya saya meminjam hp dia untuk menelpon si sahabat tadi yang dia punya nomornya. Tak ada masalah, housemate saya dalam perjalanan pulang dan berjanji akan menyinggahi saya ketika pulang.

Tak berapa lama, ketika saya msih menunggu di ruang tamu si tetangga, sahabat saya kembali menelepon (tentu saja ke no si tetangga) dan seperti biasa kami ngerumpi bertukar kabar (bisa-bisanya yee... pake hp pinjeman tetep aja ngerumpi panjang lebar.. hehe..). Dan... dia menceritakan joke dari pacaranya yang sangat tidak lucu, tapi malah bikin saya tersinggung.

Alkisah dia mo merit dengan orang dari dunia ketiga... Ya ngga bedalah.. sama-sama developing country kaya Indonesia, cuma sepertinya lebih underdeveloped aja. Karna saya sedang mengerjakan suatu essay dan menemukan fact bahwa that country is one of four major recipient of food aid over the past four decades. Saya tiba-tiba teringat sahabat saya ini, dan saya tanpa maksud jelek apapun mengirim sms kedia yang kurang lebih seperti ini...
" Fact: ********* (name of that contry-red) is one of four major recipient of food aid over the past four decades. gw lagi baca buat assignment langsung inget temen gw yang mo menetap di negara ini.. hehehe...."

Dia mereply nya juga dengan baik, (ato sekurangnya gw pikir dengan cukup baik) diawali dengan hehehe juga dan bilang makasih karna saya udah mengingatkan dia dari awal. Masalahnya adalah... sang pacar tidak bisa menerima itu sebagai fact yang sedang saya bicarakan. Dia menuduh saya berusaha mempengaruhi calon istri dia. Hey... Indonesia juga penerima food aid lho...!! Tapi cuma dalam emergency cases kaya abis crisis dan tsunami.. weee..!! Sebel gw ma tu orang. Saya jadi sebel dengan manusia itu. Saya hanya membeberkan fakta, biar sahabat saya ngga buta dengan kondisi negara yang mau dia datangi. Dan kenapa dia marah? Dia yang seharusnya memberi tahu fakta itu (mungkin juga dia ngga tau). Dia yang seharusnya tidak menutupi kondisi apapun yang akan dimasuki sahabat saya di kemudian hari. Bukan malah bilang bahwa he is gonna talk to my future husband and asking him to warn me not to influence his wife. Halloooooo...!!! You can't deal with the fact of your own country...?? Then how can you expect someone else could..??  Dan sekali lagi dimana letak "mempengaruhi" sahabat saya? Saya hanya memberitau fakta yang ada.. Bloody moron..!! *kenapa saya belakangan suka swearing seperti ini? :(  

Saya tidak suka dengan rencana sahabat saya. Dan saya telah speak that out loud, langsung kepada sahabat saya. Tapi dia telah mantap dengan rencana dia sendiri, dan telah disejutui oleh keluaganya. Jadi sudah tidak urusan saya lagi. Bukaaan... bukan berarti saya tidak setuju dengan rencana pernikahan dia dengan moron itu, tapi saya tidak setuju dengan cara dia meng-arrange nya. Saya pikir dia harus tau dulu kondisi yang akan dia masuki sebelum menikah. Tapi sudahlah... mungkin dia sudah jauh lebih tau dibanding yang saya bayangkan. Dan ya... semoga ke-khawatiran saya tidak beralasan. Dan semoga semua rencana dan kehidupan dia kedepan lancar dan bahagia... Amiiin...

No comments: