Wednesday, February 06, 2013

Above the sky


Berikut ini catatan yang saya buat sewaktu "terpenjara" 18 jam di pesawat kemaren


Hmm... Sekarang sedang diatas europian continent harusnya. New life? Semboyan saya selama tahun 2012. Alhamdulillah tercapai juga walau sudah memasuki 2013. Awalnya saya memasang jargon itu karena saya berniat memisahkan diri dari kisah lalu yang tertalu lama menyedot kebahagiaan saya bagai benalu. Tapi tak segampang sebuah semboyan, sodara-sodara! Tahun 2012 saya habiskan untuk travelling. Maksudnya bukan sepanjang tahuuun.. Tapi di tiap kesempatan. Bahkan sampai kabur dari rutinitas kantor. Traveling di daerah sendiri aja sebagai guide sumbar 101 membawa teman2 saya yang baru pertama kali ke Sumbar dalam tahun 2012 ini saja sudah 3x. Selain itu saya ke Tidung, Lombok, Karimun Jawa, Bali, Bandung 2x, dan Maldives. Trip ke jkt sebagai persinggahan atau tujuan utama tak usahlah dihitung lagi. Di setiap akhir minggu saya selalu berusaha mencari kesibukan. Otherwise saya akan "menggila mengasihani diri" di rumah. 

November 21, 2012, I met him. And things changed..

January 28, 2013, Saya harus berangkat ke The Netherland. For the next 2 years. Tak beda dengan beberapa tahun yang lalu, awalnya saya berniat melakukan ini (kembali) untuk melarikan diri dari kehidupan. Dari awal semuanya nampak mudah dan lancar. Saya pikir mungkin ini hikmah dibalik penderitaan (halah) saya sebelumnya. Saya diijinkan kembali kabur dari rutinitas. Hingga di akhir tahun semua berubah. Tak ada lagi kemudahan. Yang ada hanya semua halangan yang tampaknya tak memberi celah jalan keluar. Saya mengambil keputusan, bukan keputusan gampang. Minggu yang penuh dengan curhat, opini, argumen disela debar takut jantung dan sakit perut (saya selalu sakit perut saat sedang stress). Keluarga teryakinkan. Karena mereka melihat saya yakin. Padahal deep down inside saya ketakutan. Saya menjadi sedikit lebih kuat karena melihat keluarga saya tak menentang. Padahal ternyata dibelakang saya pun mereka mengkhawatirkan keputusan saya. Yang membantu adalah adanya common enemy.. Hehehe.. Jadi keluarga saya pun menyalahkan satu pihak yang menghalangi langkah saya ini. Dan perjuangan saya didukung. Tapi tidak keputusan saya.

At the end, saya memilih untuk berangkat. Dengan segala resiko nya.

What about him? As I mention in some postings before, I think I am in love. It's crazy how fast thing's going. He's not sure. Of course.. Who can be sure in that short period of time.. but crazy me.. Hehehe. Bahkan membicarakan dia ditulisan ini saja mampu membuat mood saya berubah cerah ceria. Dan sekarang, beda benua kembali memisahkan dan beda waktu yang pasti akan mengganggu komunikasi. Kebanyakan teman2 saya yang tahu cerita ini menyarankan saya untuk "keep looking for the better one". Maksudnyee yang ga harus terpisahakan jarak dan waktu begini. Yang ready for settling down. Yang ga berniat nunggu lama2 untuk memberi keputusan akan masa depan (ceileeeee...). Tapi mana ada sie yang seperti itu? Setiap relationship pasti butuh waktu laaah... 

Saya bukan orang yang memulai suatu relationship jika saya tak yakin. Makanya hingga setua ini saya hanya menjalani 2x dengan tipe yang sama. Short period relationship and long period stuck in the story (apa seeeeh...?). Dengan para ex-es itu anehnya, bahkan sewaktu menjalani hubungan pun saya sudah teryakinkan bahwa I won't spend the rest of my life with him.. Hihi.. Pada suatu ketika, saat salah seorah ex marah karna hal yang saya lupa. Yang saya ingat hanyalah, saya yang diam mendengarkan dengan pikiran... "Thanks God, gw ngga akan bisa married sama dia.." Lol. Tapi tetaaaap.. tidak mau move on saat itu ( stupid me).

Sejauh ini, saya tetap merasa banyak hal yang perlu saya pelajari dalam suatu relationship. Banyak hal yang masih saya terima dengan attitude "take it for granted". Padahal itu hal2 yang perlu di appreciated, perlu dihargai karna perlu effort yang tidak sedikit untuk melakukannya. Standar saya berdasarkan cerita fiksi itu tak berlaku di dunia nyata.

Tulisannya sudah panjang dan melebar kemana-mana. Ini saya tulis di perjalanan 17 jam lebih menuju NL. Saat pikiran saya melulu tertuju pada dia. 2.08pm waktu Indonesia. Sudah 19 jam berlalu sejak kita terakhir bertemu. Saya masih stuck di pesawat ini dan dia hampir menyelesaikan lagi satu hari normal nya dengan kesibukan kantor. I missed our morning calls, sms-es, daily calls and nite calls. Kedepan tak akan segampang itu. Kedepan saya bahkan tak tahu harus bagaimana, kecuali harus belajar yang bener, bangun networking dan berhati-hati :)

Toh ini sudah pilihan saya. Antara tinggal dalam kepastian atau berangkat dengan harapan. The worst might comes but there's always hope for the better. Like my buddy said.. Have a faith..!

No comments: