Menyingkap Kabut di Negeri Empat Musim #52 : Ku Bahagia
#52-14, 7 July 2010 13.04 AEST
"Mengapa banyak toko-toko baju bersebelahan dengan groceries shops?"
Dan Vie menemukan jawaban nya siang tadi. Sebenarnya siang tadi pula pertama kali otaknya mengajukan pertanyaan itu. Mengapa saat berniat berbelanja kebutuhan sehari-harinya, dia harus melewati banyak toko baju yang memajang tulisan "SALE" dan "DISCOUNT" ?
Tapi tak masalah, 3 potong baju tak akan mengeringkan dompet nya, pikir Vie. Tapi kemaren dia baru menghabiskan 5 hari di Sydney, walau hampir tidak sempat berbelanja karena sibuk mengunjungi exhibition dan icon-icon wisata disana. Sambil berjalan pulang dengan membawa kantong-kantong belanjaan nya, pikiran Vie berputar memikirkan menu untuk makan malam nya. Masih ada rendang yang dia bikin 3 hari yang lalu, tapi dia sudah bosan memakannya. Hasil dari kesalahan prediksi persiapan menjamu tamu. Para tamu nya hanya memakan kurang dari seperempat rendang yang dibuat Vie, mengakibatkan dirinya harus memakan rendang itu setiap hari.
Sendiri, berbelanja kebutuhan sehari-hari dan memikirkan menu harian. Tak ada yang berbeda dengan kehidupannya di kampung halaman dulu. Tak ada yang istimewa dari hidup di negri orang ini. Aktifitas yang sama, bahkan lebih menyenangkan di rumah karena tak perlu memikirkan cucian dan setrikaan. Tak perlu pusing mengerjakan tugas-tugas kuliah. Liburannya memang seru ketika bisa jalan-jalan ke tempat yang belum pernah di datangi. Tapi memang hanya disanalah, enaknya hanya untuk berlibur. Jadi datanglah kesini sebagai traveler, bukan untuk menetap. Dan itulah yang tak bisa Vie lakukan. Dia tak akan mampu. Jadi untuk bisa menikmati liburan di negeri kangguru pun, dia harus berjuang menjadi pelajar. Vie menyadari nya. Dia tidak punya mimpi untuk menjadi ilmuwan atau pengamat atau ahli. Tak ada ambisi. Dia hanya ingin bertualang.
Vie bukan nya sedang menyesali perjalanan hidupnya. Dia hanya ingin melihat dari sudut yang berbeda. Dengan segala kesan heboh yang terlihat oleh teman-temannya di Indonesia. Kemaren Heri, teman kuliahnya yang baru mengetahui Vie berada di Melbourne, menulis di wall fb Vie: "waaah.. dah lama di Melbourne ya? ngga ketemu nasi lagi donk?"
Dan Vie hanya bisa meringis. Menyadari fakta dia nyaris tidak pernah makan makanan lain selain masakan Indonesia.
No comments:
Post a Comment