Jika hati yang bicara
Tak tahu apa yang akan terucap
Semua bisa terungkap
Jika pikiran t'lah pergi meninggalkan raga
Semua bisa terjadi

Pikiran dan hati bersatu dalam jawab
Menutup, melindungi, mengamankan semua kejadian
Diam tak berbekas
Menepis asa yang terucap

Tak satu katapun bisa mewakilkan
Tak ada yang bisa terungkap dengan kata
Hanya hati dan pikiran yang tahu semuanya
Semua ada dalam hati dan pikiran


Cabikan kisah dari masa lalu itu sedikit menyentak di tengah kebosanan hari ini. Apa yang ada dalam hati dan pikiran ku saat menyapukan bait-bait kalimat itu dalam tinta hitam? Entah dimana.. mungkin dibalik lembar soal ujian. Karena dulu, di jaman SMA saat tulisan itu aku buat, aku punya banyak waktu untuk merenung di saat ulangan harian. Bukannya berusaha untuk menemukan jawaban yang benar diantara pilihan abjad a-b-c-d-e itu, aku malah sibuk menuliskan hal-hal di benak yang sama sekali tidak ada hubngannya dengan mata pelajaran yang sedang di ujikan.

Bagai hantu dari masa lalu. Apa yang ada di pikiran ku saat itu? Apa yang aku lakukan selama di sekolah yang mengiklankan diri sebagai sekolah terbaik di nusantara itu? Saat aku bertemu dengan gerombolan adik kelas yang sedang mengikuti "holiday program" di Melbourne.. Satu kalimat dariku yang membuat mereka terbengong dengan ekspresi yang sama saat aku bilang "paling suka melihat bintang yang bertaburan bagai pasir di langit malam saat RPS" adalah saat aku menyatakan "aku menyesal karena tidak rajin belajar selama di SMA"

Kebingungan pertama tentang RPS langsung di jelaskan oleh pamong pendamping mereka bahwa dahulu RPS dilakuka selama 3 hari, sementara sekarang RPS hanya dalam waktu satu hari, aku lupa jam berapa berangkatnya, yang berakhir jam 2 siang setelah makan siang. Dan rombongan siswa diikuti oleh rombongan keluarga seperti pelepasan jemaah haji. Hanya kali ini tidak dilepas, tapi diikuti oleh iringan konvoi mobil-mobil hingga titik akhir. Tak ada lagi lagi malam bertabur bintang, tak ada lagi minuman dicampur garam. Tergantikan oleh panas nya aspal disengat terik matahari dan minuman kaleng dingin serta buah-buah impor.

Kebingungan kedua karena dulu aku tidak rajin belajar dan sekarng berada di kota ini melanjutkan study dengan beasiswa. Menurut mereka mungkin ini ambigu, atau malah terkesan menyombongkan diri? Padahal tidak ada ambiguitas disana, tidak ada maksud menyombongkan diri seolah aku pintar hingga tak perlu rajin belajar. Jika aku tidak malas belajar dulu waktu di SMA, tidak akan berada disini aku saat ini. Atau mungkin juga masih tetap berada disini tapi dengan niat dan impian yang berbeda. Apapun itu tak ada yang aku sesali. Hanya merasa sesuatu pasti akan berbeda kalau dulu aku tidak malas belajar. Mungkin banyak hal yang akan berbeda jika aku bersungguh-sungguh belajar. Atau kembali lagi.. tidak ada yang berbeda.. entahlah.. tak ada yang tahu jawabannya.

Liburan semester masih akan berakhir seminggu lagi, tapi aku telah kembali ke rutinitas lama. Di depan komputer dan berusaha untuk belajar dan mengerjakan tugas. Tapi berakhir dengan membuka forum, facebook, youtube, dan chatting. Dan ketika kantuk menyerang di tengah malam, aku merefleksi kegiatan sepanjang hari dan menyesali diri. Sama seperti aku menyesali tidak rajin belajar di SMA.