Menyingkap Kabut di Negeri Empat Musim #52 : Tak Terhapus
#52-23, 27 August 2011 13.54 AEST
Seperti biasa tiba-tiba aku sedih, dan merindukan mu setengah mati. Dan aku hanya bisa memutar ulang memory tentang mu. Semua yang positif, sebelum aku menyadari banyak yang negatif menyelip dan tak mau ku ingat. Dan semua mengingatkan tentang pilihan dalam hidup. Kita bisa memilih hal-hal dan pikiran yang ingin selalu di ingat atau di lupakan. Dan tentang mu hal ini sangat membingungkan. Melupakan mu sepertinya adalah satu-satu nya pilihan rasional yang sayang nya sangat susah aku lakukan. Sementara mengingat mu hanya akan selalu menambah kesedihan dan kesepian dalam hidup ini.
Dan disini lah aku. Sendiri di sepinya hari mengingat mu. Membuka layar YM dan melihat namamu disana. Selalu disana dan tak pernah ada sapa jika bukan dariku. Dan seperti biasa jari ku mengetuk dua kali di nama mu untuk memunculkan satu layar kecil dengan foto kecil di samping nya. Tentu saja bukan foto mu yang kau pajang. Dan jemari ku menari manulis kan racauan hati dalam satu helaan nafas tanpa ada niat memencet [enter] untuk mengirimkannya padamu. Belum selesai kicauan hati itu tertumpah, satu bunyi familiar menggema di ruangan. Satu kalimat tertera di layar kecil itu. Dari mu. Ya, darimu di tepi dunia sana. Dan aku pun tersenyum, semua rasa hilang kecuali kau menyadari di tepi sana. Atau hanya pengaturan waktu sang kuasa saja yang sangat tepat. Dan beberapa kalimat dariku langsung meluncur menyambut satu sapa itu. Dan keheningan kembali datang. Semua hanya dibalas oleh sepi.
Aku ingin menyingkirkan mu dari kepala, tapi semua hal sederhana yang terjadi setiap hari mengingatkan ku akan dirimu. Aku dulu dengan gampang nya bisa menyimpan satu pikiran negatif tentang orang lain yang bisa untuk selamanya membuat dia masuk dalam kategori orang yang tak penting dalam hidup ku. Sementara banyak hal negatif tentang mu hanya membuatku mempertanyakan tindakan ku sebelum nya. Hingga saat ini pun aku masih tidak bisa memasukkan mu dalam kategori manusia tidak penting dalam hidup ini. Aku malah mempelajari bahwa tidak segampang itu seharusnya aku mengkategorikan manusia lain hanya berdasarkan satu tindakan yang aku tidak suka.
Setelah sekian lama, ternyata aku masih juga berkutat tentang mu. Aku pikir, sedih tak akan lagi menghampiri kala mengingat mu, sepi tak akan lagi menjadi penghantar bayang dirimu dalam hari ku. Tapi ternyata waktu tak juga menghapusmu.
No comments:
Post a Comment