Well.. wel.. siapa yang sangka... siapa yang duga... Vie yang tiga tahun lalu merana karena harus kuliah lagi sekarang kembali terdampar untuk melakukan hal yang sama. Dia masokis. Semua tahu itu. Saat hubungan dengan dia yang namanya tak mau dia sebut telah bisa diakhiri tanpa derita lagi, Vie membutuhkan hal baru untuk menyiksa diri. Sekolah lagi mungkin? Toh dia masih bodoh dan membutuhkan lebih pendidikan.

Besok akan menjadi hari pertama kuliah Vie disini. Dia tak bisa menahan diri untuk tak tertawa. Tapi dia masih bertahan untuk tidak tertawa histeris, tak mau teman-teman se'koridor' nya ketakutan mendengarnya. Temperatur satu derajat dibawah nol, tapi kamarnya tak sedingin sewaku di Melbourne. Disini dia tak perlu berpikir pusing untuk menghemat biaya penghangat ruangan. Tapi bukan itu yang membuat nya ingin tertawa histeris. Dia teringat Enade, manusia yang meracuni nya untuk menulis disini.

Dulu manusia hamster itu menggambarkan Netherlands bagai kulkas, terang dan dingin, dia juga mengatakan bahwa negri ini selalu tertutup kabut yang membuat nya depresi. Belum lagi salju yang menutup semua warna dunia dan menjadikannya hanya putih. Well yeah.. mungkin itu keadaannya di Amsterdam dan Den Haag, kota tempat dia berseliweran di negara ini. Tapi sekurangnya di kampung Ede tempat Vie terdampar kali ini tak sedingin atau seputih itu, sekurangnya view dari kamar Vie cukup berwarna.